๐ป๐ธ๐ฟ๐ ๐ ๐ฐ๐ฝ ๐ ๐ ๐ ๐ฐ๐ฑ๐ฐ๐ ๐ฐ Neอคwsอ – SAMPANG, Madura โ Sebuah keris pusaka peninggalan ulama kharismatik KH. Bahri Pancong resmi diteruskan kepada putranya, KH. Abdul Muhsi bin KH. Bahri, di Desa Selabeyan, Kecamatan Camplong, Kabupaten Sampang. Penyerahan keris tersebut menjadi simbol kelanjutan nilai spiritual, keilmuan, dan perjuangan dakwah sang ulama besar yang dikenal rendah hati dan disegani di Madura.
KH. Bahri Pancong semasa hidupnya dikenal sebagai ulama yang penuh wibawa namun hidup sederhana. Ia sering menyamar sebagai orang biasa, berbaur dengan masyarakat tanpa menampakkan jati dirinya sebagai ulama besar. Keteladanan itu menjadi salah satu ciri khas beliau yang melekat di hati masyarakat hingga kini.
Putranya, KH. Abdul Muhsi, yang dikenal memiliki kharisma dan pengaruh kuat di kalangan santri dan masyarakat Madura, kini menjadi penerus jejak ayahandanya. Keris yang diwariskan kepadanya bukan sekadar benda pusaka, tetapi juga simbol amanah spiritual dan moral untuk menjaga nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan KH. Bahri Pancong.
Menurut sejumlah warga Desa Selabeyan, KH. Bahri Pancong dikenal sebagai sosok ulama yang tidak hanya berilmu tinggi, tetapi juga memiliki kepribadian yang sangat tawadhu dan dekat dengan masyarakat kecil. โBeliau tidak pernah membeda-bedakan siapa pun. Semua disambut dengan senyum dan nasihat penuh makna,โ ujar salah satu tokoh masyarakat setempat.
Warisan keris tersebut kini menjadi simbol kelanjutan perjuangan dakwah dan keilmuan di lingkungan Pondok Pesantren dan masyarakat sekitar. Harapannya, semangat dan nilai-nilai yang diwariskan KH. Bahri Pancong dapat terus menginspirasi generasi muda Madura untuk berjuang di jalan agama dengan penuh keikhlasan dan keteguhan.
Pewarta : (Tp)