Jatim Diterpa Gempa Magnitudo 6,5 SR: Panik, Doa, dan Bayang-bayang Trauma

๐Ÿ„ป๐Ÿ„ธ๐Ÿ„ฟ๐Ÿ…„๐Ÿ…ƒ๐Ÿ„ฐ๐Ÿ„ฝ ๐Ÿ…‚๐Ÿ…„๐Ÿ…๐Ÿ„ฐ๐Ÿ„ฑ๐Ÿ„ฐ๐Ÿ…ˆ๐Ÿ„ฐ Neอคwsอ› – JATIM, Malam Selasa (30/9/2025) menjelang pergantian hari menjadi momen yang tak akan mudah dilupakan oleh warga Jawa Timur. Tepat pukul 23.49 WIB, bumi berguncang keras. Gempa berkekuatan 6,5 Skala Richter dengan pusat di laut, 50 kilometer tenggara Sumenep, Madura, meluluhlantakkan ketenangan malam.

Dalam hitungan detik, suasana berubah mencekam. Di Sumenep, lampu gantung bergoyang liar, perabotan berjatuhan, dan suara kepanikan terdengar di mana-mana. Sejumlah warga di Desa Leging Timur, Kecamatan Batang-batang, menggambarkan betapa dahsyatnya getaran itu.

โ€œLampu langsung mati, rumah serasa bergeser. Kami sekeluarga lari keluar, tak sempat membawa apa pun. Rasanya seperti kiamat kecil,โ€ tutur Siti Rahmah (38), seorang ibu rumah tangga yang masih terguncang saat ditemui wartawan.

“Kepanikan Massal di Madura”

Bacaan Lainnya
SIMAK JUGA   Tidak Ada Pemimpin yang Lebih Besar Daripada Muhammad Shallallahu โ€˜Alaihi Wasallam โ€“ Presiden Soekarno dalam Peringatan Maulid Nabi di Istana Negara 1963
LIPUTAN SURABAYA

Sumenep menjadi wilayah yang merasakan dampak paling kuat. Jalanan kampung mendadak dipenuhi orang-orang yang keluar rumah dengan wajah panik. Anak-anak menangis, sementara orang dewasa berusaha menenangkan diri meski tubuh masih gemetar.

โ€œIni gempa paling besar yang pernah saya rasakan selama tinggal di sini,โ€ kata Jumali (56), warga pesisir Batang-batang. โ€œSaya sampai ingat gempa besar tahun-tahun lalu, tapi kali ini lebih terasa menghantam.โ€

Di Pamekasan dan Bangkalan, situasi tak jauh berbeda. Warga memilih berjaga di luar rumah hingga dini hari, khawatir akan adanya gempa susulan.

“Getaran Sampai ke Kota Besar”

SIMAK JUGA   Eko Gagak Angkat Suara: Konflik Internal Keluarga PT Pakerin, Mengapa Ribuan Buruh yang Dikorbankan?

Meski berpusat di perairan Madura, getaran gempa terasa luas hingga Surabaya, Malang, Kediri, bahkan Madiun. Di Surabaya, beberapa penghuni apartemen di kawasan pusat kota melaporkan merasakan guncangan cukup lama.

โ€œSaya sedang bekerja di depan laptop, tiba-tiba meja bergetar dan kursi bergeser. Saya langsung lari turun ke bawah bersama penghuni lain,โ€ ucap Andi Pratama, karyawan swasta di Surabaya.

Di Malang, mahasiswa yang tinggal di rumah kos berhamburan ke jalan. Mereka saling berpegangan, sebagian menghubungi keluarga di kampung halaman untuk memastikan keselamatan.

“Belum Ada Laporan Korban”

Hingga Rabu dini hari, belum ada laporan resmi mengenai kerusakan besar maupun korban jiwa akibat gempa ini. Namun, kepanikan yang ditinggalkan cukup membekas di benak warga.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan gempa tidak berpotensi tsunami. Meski begitu, BMKG masih memantau kemungkinan adanya gempa susulan.

SIMAK JUGA   BMKG: Gerhana Bulan Total Bakal Warnai Langit Indonesia 7 September 2025

โ€œKami mengimbau masyarakat tetap waspada. Jangan mudah terpengaruh isu yang tidak jelas sumbernya. Ikuti informasi resmi dari BMKG,โ€ ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG dalam keterangan resminya.

“Trauma yang Tersisa”

Meski situasi mulai kondusif, banyak warga mengaku masih sulit tidur. Sebagian memilih bertahan di luar rumah hingga pagi. โ€œTidur di dalam rumah rasanya tidak tenang. Kami khawatir ada gempa susulan,โ€ kata Rohman, warga Sumenep.

Bagi banyak orang, gempa kali ini bukan sekadar guncangan sesaat, tetapi sebuah peringatan bahwa tanah tempat berpijak bisa berubah beringas kapan saja.

BMKG meminta masyarakat tidak panik, tetap tenang, dan selalu memperhatikan informasi resmi. Doa dan kewaspadaan menjadi bekal penting menghadapi malam-malam setelah gempa. (Tp)

Pos terkait