Liputan Surabaya – Jakarta, 1963 – Presiden Republik Indonesia, Ir. Soekarno, menegaskan bahwa tidak ada pemimpin di dunia yang mampu menandingi kebesaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Hal itu disampaikan dalam pidato peringatan Maulid Nabi di Istana Negara, yang dihadiri para ulama, pejabat tinggi negara, dan tokoh masyarakat.
Dalam pidatonya, Bung Karno menguraikan bahwa Nabi Muhammad bukan sekadar seorang utusan Allah, melainkan juga pemimpin yang paripurna. Beliau menjadi panglima perang yang ulung, negarawan yang bijaksana, sekaligus pembawa risalah kemanusiaan yang universal.
“Tidak ada pemimpin yang lebih besar daripada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Beliau adalah teladan sejati, pemimpin yang melampaui zaman, dan revolusioner yang sesungguhnya,” ujar Presiden Soekarno dengan suara lantang yang disambut takbir para hadirin.
Soekarno menekankan bahwa bangsa Indonesia yang baru merdeka harus menjadikan keteladanan Rasulullah sebagai sumber inspirasi perjuangan. Ia mengingatkan, semangat persatuan, keberanian, dan akhlak mulia Nabi Muhammad dapat menjadi pondasi kuat dalam membangun bangsa yang berdaulat dan bermartabat.
Peringatan Maulid Nabi 1963 di Istana Negara itu kemudian dikenang sebagai salah satu pidato monumental Bung Karno. Ucapan tersebut tidak hanya menguatkan posisi Islam sebagai bagian penting dalam perjuangan bangsa, tetapi juga meneguhkan sosok Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin terbesar sepanjang sejarah umat manusia.
Pewarta : Musthofa