Liputan Surabaya – Surabaya, Nama KH Utsman Al-Ishaqi tercatat sebagai salah satu ulama besar asal Surabaya yang hingga kini harum dikenang masyarakat. Lahir pada Rabu, bulan Jumadil Akhir 1334 H (1915 M), beliau dikenal bukan hanya sebagai tokoh agama kharismatik, tetapi juga sebagai dzurriyah Rasulullah SAW dengan garis keturunan langsung dari Sunan Giri melalui ibunya dan Sunan Gunung Jati melalui ayahnya.
Sejak kecil, tanda-tanda karomah sudah melekat pada dirinya. Dikisahkan, Kiai Utsman pernah dipeluk seekor buaya putih, serta kerap ditemani anak-anak kecil berkopiah putih ketika menuju Masjid Sunan Ampel Surabaya untuk membaca tahrim setiap dini hari. Bahkan pada usia enam tahun, masyarakat menyaksikan bintang-bintang turun dari langit dan memancarkan cahaya ke tubuhnya.
Di usia 13 tahun, kecerdasan spiritualnya semakin tampak. KH Utsman mampu melihat Kaโbah dari kejauhan dan menyaksikan perwujudan amal manusia. Perjalanan ilmunya membawanya berguru kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asyโari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), serta ulama besar lain, termasuk KH Romli Tamim di Pondok Pesantren Rejoso.
Puncak spiritualnya terjadi ketika beliau dibaiat sebagai mursyid Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN) oleh KH Romli, serta mendapatkan baiat langsung dari Syekh Abdul Qadir Jailani dan Nabi Khidir AS. Dari situlah, beliau dipercaya sebagai Mursyid Masyayikh TQN dengan kewenangan membaiat murid.
Atas dedikasi dan perjuangannya, KH Utsman mendirikan Pondok Pesantren Darul Ubudiyyah Raudlatul Mutaโallimin di Jl. Jati purwo, GG Vll, No 15. Ujung, Kec Semampir, Surabaya. Jawa Timur 60155. Hingga kini, pesantren tersebut menjadi pusat pendidikan spiritual, dzikir, dan ilmu keislaman bagi masyarakat luas.
Kehidupan KH Utsman Al-Ishaqi yang penuh keajaiban dan keteladanan menjadikan beliau sosok ulama besar yang dihormati, sekaligus teladan tentang pentingnya iman, dzikir, dan kesungguhan dalam menapaki jalan Allah.
Pewarta : Musthofa